Beberapa Nama Ini Nyaris Punah Di Indonesia



Ilustrasi



Sebuah nama yang diberikan orang tua kepada anaknya mengandung doa dan harapan. Oleh sebab itu, tidak sekedar diberikaan begitu saja akan tetapi melalui ritual-ritual tertentu. Orang-orang terdahulu sangat menjaga hal itu agar tidak "pamali atau kuwalat". Entah atas dasar apa keyakinan ini. Tetapi begitulah kenyataannya.

Beberapa daerah masih memelihara tradisi ritual pemberian nama itu. Di pesisir utara Jawa misalnya, sudah umum bila pemberian nama anak yang baru lahir dilakukan bersamaan dengan saat puputan (putusnya ari-ari). Apa yang dilakukan adalah melakukan upacara selamatan diwarnai dengan pembacaan Sholawat Badar yang diiringi kesenian Terbangan (zippin). Tak ketinggalan dalam ritual ini adalah bubur merah putih dengan tupeng kecil yang diujungnya diberi hiasan sate lombok dan bawang.

Sepertinya orang-orang terdahulu berfikir sederhana. Hal ini dapat dilihat dari nama-nama yang diberikan kepada anak-anaknya rata-rata menggunakan satu rangkaian kata dan paling banter dua rangkaian kata, contoh adalah Budiono, Supono, Tariyem, Agus Mardiyo dan sebagai. Dalam falsafah Jawa, nama selalu mengandung arti yang mendalam berupa doa dan harapan kebaikan bagi anak.

Catatan: Maaf apabila nama anda ada dalam tulisan ini. Saya tidak ada maksud melecehkan.
Sayang sekali pengaruh modernisasi dan kemajuan teknologi saat ini telah mengubah citra rasa sebuah nama. Orang tua jaman sekarang lebih senang menamai anaknya dengan nama-nama modern yang lebih nasional, bahkan kebarat-baratan. Tak heran bila di kampung yang jauh dari keramaian kota sekalipun mudah ditemui nama Jefry, George,Michail, Noah, Marcell dan sebagainya.

Walhasil, generasi mendatang mungkin tidak akan ada yang menggunakan nama (Jawa) sebagai berikut :

  1. Nama anak perempuan berakhiran "em", yang diungkapkan dengan bibir mingkem (tertutup); Seperti Pariyem, Paijem, Juminem, Sarkem, Jariyem. Tinem, Wagiyem, Minem, Sugiyem, Partiyem, Sariyem, Mardiyem, Mardinem, dan sebagainya. 
  2. Nama anak perempuan berakhiran "ah" seperti Poniyah, Wagiyah, Minah, Sugiyah, Partinah, Suginah, Sarinah, Mardinah, Ginah, Subangah, Jumirah, sakinah, dan teman-temannya. 
  3. Nama anak perempuan berakhiran dengan huruf "ti" dan "ni" seperti Wagiarti, Surti, Suparti, Surtini, Sumini, Sutini, dan sebagainya. Mungkin nama saya YUNI ANDRIYANI masuk didalamnya. :)
  4. Nama anak laki-laki seperti Sutono, Pardiyo, Partono, Warsiyanto, Kartolo, Karyono, Jaswadi (nama Orang Tua Saya), Sanusi (Nama Mertua Saya), Sugito, dan lain-lain. 
  5. dan lain-lain. 

Sekarang saja sudah jarang ditemui nama-nama tersebut, bukan? Kalau masih ada, pasti pemiliknya adalah generasi seangkatan dengan orang-orang tua kita. Boleh dikata, bahwa nama-nama seperti diatas nyaris punah di Indonesia.

Saya tidak mendahului kehendak Tuhan, tetapi bila generasi mendatang sudah merasa tidak asik menamai anak-anaknya dengan nama-nama itu, maka dipastikan nama-nama tersebut akan punah. Hemmm...padahal nama-nama tersebut mempunyai makna doa yang sangat baik. Mungkin orang tua jaman sekarang malu disebut "kampungan" dan "nggak gaul" bila menggunakan nama-nama itu .

Anda berminat melestarikanya ?



Komentar

  1. mungkin sebagian orang menganggap nama2 diatas nggak gaul :)

    jeng yuni berminat melestarikan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah mas, Anak pertama saya dinamai Eyangnya Muhammad Yuzni Arya Purwantoro nama jawa dan islam banget itu , kan. Sedangkan anak perempuan kami sendiri yang memberi nama, Kalya Ayunda Narapramesti. Beda kan?

      Hapus
  2. hahahaha ada2 aja mbak Yuni ini...temanku Ponirah sekarang udah punya anak mbak dan ponirah merupakan pedagang yg sukses :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak itu wujud doa orang tua pada nama, Ponirah = Darah Pasaran Pon, suksesnya berdagang memang.... :)

      Hapus
  3. Mungkin karena efek globalisasi dan adaptif masyarakat yang sangat tinggi jadi tertinggalah nama-nama tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya globalisasi memang mengubah pandangan dan gaya hidup maka nama-nama yang diatas terkena imbasnya... :)

      Hapus
  4. ha, ha, ha, mungkin juga itu nama perempuan yang dibelakangnya dikasih huruf ah, itu masih melekat di kota Cirebon, mengapa??? karena nama saya hastira, banyak orang sini memanggilnya hastirah, pakai H, saya sih protes soalnya ibuku memberi namanya gak pakai h

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha..ha..ha... tenang saja mbak....tambahan H itu anggap saja bonus karena "rah" berarti darah, pemberani, semangat dan sebagainya... :) jadi malah didoain banyak orang tuh...

      Hapus
  5. Hihihi... bener juga yah Mbak, nama juga ada zamannya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kayaknya segala sesuatu memang ada waktunya mbak...itu kodrat alam mbak... :)

      Hapus
  6. Kalau nama yang semacam itu sih biasanya jadi selipan di akhir, biar gak terlalu kentara gitu biasanya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha..ha...ha.... takut disebut nama kampungan kalee mbak...padahal nama-nama jawa itu edipeni dan menggandung falsafah yang adiluhung... :)

      Hapus
  7. bener itu mbak... nama nama yang hampir punah sudah seharusnya diabadikan. itu nama bersejarah kan?
    bahkan, ada nama yang sudah benar-benar punah. seperti nama-nama benda. misalnya dulu pernah ketemu sama kakek kakek yang namanya "Kendi".. itu benar kak, benar-benar ada....

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh iya....kendi yang terbuat dari tanah tempat air minum. Jaman SMP saya masih minum dari alat minum itu mas...

      Hapus
  8. loh...nama mertuanya ko' sama dengan nama supir sayaya.
    catatan : maaf jika nama meruanya ada dalam komentar ini, tidak ada maksud untuk melecehkan.ko'..suwer deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ha..ha..ha..ha......... iya deh... iya deh..... :D

      Hapus
  9. Ini artikelnya bersumber dari mana? Riset?
    Karena memang menarik nih nama-nama yang hampir punah ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enggak mas. Sumbernya dari lihat pembantu tentang sebelah yang bernama mbah Jumirah yang setiap pagi dan sore nyapu depan rumah. Dan memang saya prediksikan nama-nama itu akan punah...bukankah indikasinya sudah kelihat dari sekarang. Mana ada yang mau memberi nama anaknya dengan Pairah atau Warsiyanto....gak ada mas.... jadinya mungkin Irah atau anto...

      Hapus
    2. Tapi ini memang menarik loh. Saya pernah baca juga di Eropa dan Amerika, Nama "Ahmad" ata "Muhammad" banyak dipakai untuk bayi yang baru lahir.
      Nah kalau ini kan versi Indonesianya. Cukup menarik :D

      Hapus
    3. oh..begitu ya.... kalau Ahmad dan Muhammad, akan abadi karena nama-nama ini berhubungan dengan Agama Islam... bahkan akan menjadi nama depan seorang muslim....sampai kapanpun...

      Terima kasih kunjungannya...

      Hapus
  10. sangat menarik ulasan anda mbak yu...sekarang ini nama-nama tersebut sudah hampir punah,,yang lebih punah tentu nama-nama dari zaman kerajaan,ronggo lawe,kebo anabrang,dsb...hmm perlu adanya pewaris sejarah..

    BalasHapus
  11. Kalau nama-nama kerajaan itu sudah lama punah mas, terutama yang mengambil kegagahan nama binatang seperti kebo, lembu, dll

    BalasHapus

Posting Komentar

HIMBAUAN BERKOMENTAR :
1. Tersenyum Dulu | 2. Berkomentarlah sesuai dengan artikel diatas | 3. Gunakan Open ID / Name Url / Google+ | 4. Gunakan Bahasa Yang Jelas | 5. Jaga Kesopanan Ingat Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29 UU ITE :) | 6. Jangan Nye-SPAM | 7. Maaf, link aktif otomatis terhapus| 8. Jangan Berpromosi | 9. Jangan minta transfer pulsa | 10. Begitulah.

Postingan Populer